BENI EKA PUTRA,S.H. SEORANG PEMUDA ASLI MINANG KABAU BERKARIR DIDUNIA PRAKTISI HUKUM

Sunday, February 5, 2017

HMI DITENGAH DINAMIKA BANGSA

Oleh: Beni Eka Putra Koto, S.H
(Kader HmI Cabang Bandung Komisariat Hukum Universitas Pasundan)

MILAD HMI KE - 70


Pergulatan agama, sosial, politik, ekonomi, dan budaya di bangsa ini merupakan sejarah panjang yang mempunyai catatan tersendiri sejak proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945. Semua rentetan dinamika yang terjadi bagi bangsa ini tidak lepas dari kiprah HMI dengan sikap kritisnya yang kreatif dan inovatif. Hal itu merupakan kelebihan tersendiri bagi HMI sebagai organisasi Mahasiswa Islam terbesar di negeri ini. Sifat independensi yang melekat pada organisasi sebagai kelompok intelegensia dengan gagasan dan ide-idenya yang cemerlang dapat merespon dan memberikan solusi terhadap persoalan keumatan dan kebangsaan. Kondisi itu mengundang perhatian dari banyak pihak sebagai gerakan Islam yang melampaui zamannya baik dalam kontribusi pemikiran dalam menciptakan peradaban baru Islam yang egalitarian (Yudi Latief: Geneologi Intelegensia Muslim Indonesia). Dari sinilah banyak ilmuwan, agamawan, intelektual, baik dalam negeri maupun luar negeri terpanggil untuk mengkaji dan meneliti dengan pendekatan akademik-ilmiah sebagai bentuk apresiasi atas prestasi dan kekuatan baru Islam yang berbasis di kampus. Karena HMI merupakan tempat pergumulan para cendikiawan yang mampu menawarkan semangat pemikiran Islam yang akomodatif dan egalitarian dengan format nalar baru ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang sinergis.
Kini 70 tahun telah dijalani HMI sejak dideklarasikan 5 Februari 1947 sebagai sebuah keharusan untuk menyelesaikan persoalan umat dan bangsa. Dari awal berdirinya HMI telah dihadapkan dengan persoalan umat dan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Fase demi fase terus dilalui dengan kekuatan dan spirit intelektualitasnya. Dalam perjalanan waktu yang diiringi dengan beragam masalah, HMI mampu berjuang dengan kerja keras untuk menyelesaikan bahkan selalu menjadi pioner dan pelopor gerakan pembaharuan bangsa.
Tapi setelah pasca reformasi, gagasan dan spirit perjuangannya hilang dimakan zaman. HMI mengalami pergeseran nilai dan tidak mampu menunjukkan gerakan independensinya sebagai sebuah organisasi pembela mustad’afin yang berdiri di atas kebenaran. Dari kondisi demikian, proses perkaderan selama 19 tahun terakhir telah gagal menyiapkan pemimpin masa depan yang mempunyai krakter pemimpin religius-modernis harapan masyarakat Indonesia.
Fakta di atas menunjukkan bahwa gerakan reformasi adalah gerakan yang gagal. Karena barometer keberhasilan sebuah gerakan adalah mampu memperbaharui tatanan lama yang rusak dan menghukum orang yang terlibat di dalamnya, serta mengganti dengan sebuah sistem modern. Kegagalan reformasi disebabkan beberapa faktor; Pertama, gerakan reformasi itu dibangun secara elitis. Dikatakan elitis karena yang melakukan gerakan dan yang mengerti betul alasan gerakan reformasi perlu dilakukan hanya segelintir orang. Karena sifat elitis inilah, gerakan ini kurang bisa melakukan sharing power kesadaran. Sehingga pesan reformasi kurang bisa ditangkap dan dimanifestasikan oleh rakyat yang menghendaki terbentuknya masyarakat madani (civil society).
Kedua, gerakan reformasi hanya berhasil meruntuhkan orde baru tetapi gagal melahirkan kepemimpinan reformis. Hal tersebut terjadi karena tokoh pro reformasi yang berhasil masuk dalam pemerintahan tidak mampu mencarikan solusi dalam membangun kepemimpinan yang reformis. Mereka terjebak dalam ranah self interest (kepentingan pribadi), golongan, dan partai masing-masing.
Ketiga, pasca runtuhnya orde baru, tokoh-tokoh OKP tidak lagi membangun kebersamaan untuk kembali bergerak secara massif dalam mengawal agenda reformasi selanjutnya. Hal ini semakin kritis dan ironi dengan adanya aktifis reformasi yang pada saat reformasi bergulir mereka berteriak lantang dan mendesak pembubaran Golkar karena dianggap sebagai representasi orde baru yang korup. Tapi, justru pada pemilu 2004,2009&2014 mereka membangun patron dengan kekuatan orde baru tersebut. Hal inilah yang menyebabkan faktor terbentuknya sentimen politik di ranah OKP dan seringkali menyebabkan munculnya gerakan yang agitatif -konfrontatif.
Kegagalan reformasi tidak hanya terfragmentasinya gerakan mahasiswa tapi yang lebih na’if, bangsa semakin tidak punya identitas diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran merupakan bagian persoalan bangsa yang terus tidak pernah terselesaikan tapi justru bertambah parah.
Melalui refleksi 70 tahun kita perlu memahami dan memikirkan serta mengoreksi kembali pada diri HMI bukan tentang lama waktu yang dijalani melainkan kontribusi apa yang telah diberikan untuk umat dan bangsa ini. Sebagai organisasi yang mempunyai visi dengan narasi keumatan dan kebangsaan, ada tiga fokus utama yang mendesak untuk dilakukan yaitu problem global, nasional, dan internal dirinya sendiri. Tiga narasi problem tersebut dengan variabel-variabelnya harus dicari format solusinya. HMI sebagai organisasi dengan berjuta-juta kader yang merata dengan infrastruktur yang tertata dengan baik di seluruh nusantara memiliki jaringan kelembagaan yang massif baik pada domain internal maupun eksternal yang siap menjadi pelopor utama kerja-kerja institusi dan memperdayakan masyarakat. Selain itu jaringan kerja yang pernah dibangun oleh HMI harus diperkuat kembali baik dengan organisasi pemerintah maupun swasta, baik di skala nasional maupun internasional.
HMI sebagai bagian dari nation state yang mempunyai sejarah tersendiri dengan kiprahnya dalam building state, seharusnya menata diri guna menunjukkan kembali kesejarahan dengan bingkai visi kebangsaan dan keumatan yang pernah digagas dan menuai prestasi. Refleksi historis ini selayaknya menjadi bangunan motivasi sekaligus spirit sebagai organisasi pemersatu umat dan bangsa.
Untuk merumuskan persoalan yang merusak karakter dan identitas HMI ada tiga indikasi sebagai agenda mendesak untuk dilakukan. Tiga agenda mendesak tersebut ada dalam bangunan piramida ideologi (NDP) HMI. Piramida pertama, I’tiqadiyah (ideologisasi), sebuah ideologi merupakan fondasi dalam membangun dan mewujudkan visi dan misi suatu gerakan, ia selalu menjadi penggerak pola pikir dan jiwanya dalam segala dimensi hidupnya. Tatkala terjadi pergeseran nilai-nilai ideologi, maka gerakannya akan mengalami disorientasi yang akan mengantarkan kepada hal-hal yang sifatnya patalogis baik secara individu maupun sosial. Platform yang dibentuk adalah turunan dari gagasan ideologisnya. Arah perjuangan organisasi ditentukan oleh ideologi yang dirumuskan. Maka, jika dalam sebuah organisasi tidak mempunyai pegangan ideologis, berarti mengalami kekaburan identitas dan orientasinya. Ideologi sebagai sebuah ruh merupakan aspek paling fundamental untuk menentukan arah perjuangan organisasi. Ali Syariati menyatakan, ideologi merupakan karakteristik suatu kelas khusus dalam masyarakat yang disebut Rous al-Fikr. Rous al-Fikr adalah orang yang berpegang teguh pada ideologi yang telah dipilih secara sadar. Ideologi dan kesadaran itulah yang akan menolongnya mencapai kesadaran istimewa tentang kehidupan sebagai jalan hidup dan jalan berpikir yang membentuk falsafah hidupnya. Hal ini akan membentuk kesadaran kader HMI, untuk siap sedia berkorban segala-galanya untuk mengabdikan dirinya demi cita-cita ideologinya. (Ali Syariati: Tugas Cendikiawan Muslim).
HMI sebagai organisasi Mahasiswa yang bergerak di atas landasan ideologisnya, telah berhasil menorehkan prestasi yang dicita-citakan. Prestasi tersebut diraih bukan hanya dengan kerja keras tapi juga disertai nilai-nilai ideologisnya yang menjadi cahaya terang dalam gerak langkahnya. Sifat independen HMI beserta ideologi yang dibangun telah terbukti menyelesaikan persoalan umat dan bangsa karena bangunan ideologisnya menempatkan kebenaran di atas segala-galanya. Pada akhirnya apapun yang dilakukan dengan memahami nilai-nilai ideologisnya menghasilkan sebuah pemikiran konprehensif yang melampaui zamannya. Dari hasil pemikirannya itu, kebekuan pemikiran terutama pemikiran Islam telah mengalami kemajuan yang pesat. Sedangkan inspirasi pemikiran yang menjadi rujukan gerakan intelektual Islam sekarang merupakan pengejawantahan dari prinsip-prinsip yang pernah dirumuskan oleh HMI kemudian dikontekskan dengan situasi kekinian.
Piramida yang kedua, adalah Takwin al-Jiil (kaderisasi). Kaderisasi akan berjalan secara dinamis ketika pemahaman yang konprehensif terhadap ideologinya telah menjiwai pada sebuah organisasi. HMI merupakan tempat transit dalam menempa ilmu dan berkader diri. HMI telah sukses menjadi tempat berkader dan menempa diri untuk menjadi organisasi kemahasiswaan yang mampu menghasilkan kader-kader berkualitas yang akan diproyeksikan menjadi pemimpin masa depan bangsa. Kaderisasi sebagai sebuah pilihan di tengah krisis kepemimpinan nasional, harus dilakukan secara maksimal demi tujuan HMI untuk mencetak kader umat dan bangsa yang akan terus melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik. HMI telah merumuskan format perkaderan yang baik, namun dari sisi implementasinya, tidak berjalan sebagaimana format yang telah dirumuskan. Hal itu diakibatkan oleh lemahnya proses kaderisasi sebagai bentuk transformasi keilmuan dan manajerial. Kegagalan kaderisasi merupakan kegagalan doktrinisasi ideologi HMI yang tidak mengakar dan menjiwai dalam diri kader HMI. yang menyebabkan jalannya tersendat-tersendat dan tidak seimbang.
Piramida yang ketiga, Taujiihu al-Jiil (orientasi kader) HMI, kader HMI yang telah lulus seleksi sejarah sebagai kader umat dan bangsa baik dari segi pemahaman terhadap ideologinya maupun dalam proses kaderisasinya yang matang pada akhirnya ia merupakan pejuang ideologi. Seseorang yang berkader di HMI secara otomatis siap berjuang untuk merealisasikan ideologi. Dalam pengertian lain, ber-HMI berarti siap bekerja keras secara ikhlas di atas filosofi hidup untuk HMI bukan hidup dari HMI.
Dalam 19 tahun terakhir, HMI telah mengalami pergeseran pradigma. Fenomena yang menyebabkan HMI tidak lagi mampu mempersiapkan kadernya sebagai pemimpin masa depan dikarenakan dalam diri mereka terbentuk mainstream dan pola pikir serta filosofi hidup dari HMI bukan hidup untuk HMI. Maka kader HMI sebagai pejuang ideologi atau gagasan yang melekat dalam jiwanya akan berimplementasi untuk kepentingan pribadi. Jika principle of People di HMI seperti ini, bisa dipastikan orientasi kader HMI pragmatis dan oportunis. HMI akan dijadikan wadah profesi untuk kepentingan pribadi bukan dijadikan wadah untuk menempa dan berkader diri yang semata-mata untuk mengabdikan diri kepada umat dan bangsa. Prinsip inilah yang telah hilang dalam diri dan jiwa kader, yang merupakan letak kesalehan sosial kader HMI.
Dari piramida ideologi HMI NDP (Nilai-Nilai Dasar Perjuangan) dalam bahasa Cak Nur disederhanakan menjadi iman, ilmu, dan amal. Sedangkan dalam bahasa penulis disederhanakan lagi dengan bahasa ideologisasi, kaderisasi, dan orientasi. Dengan demikian, tiga piramida itu harus menjadi kesatuan yang utuh dalam diri kader yang tidak bisa dipisahkan. Piramida tersebut mempunyai nilai-nilai Islam esensial yang substantif-integratif atas semangat ke-Indonesiaan dan Ke-Islaman. Kegagalan HMI sepuluh tahun terakhir tidak lain ditengarai karena HMI tidak mampu memberikan pencerahan pada kader-kadernya lewat pemahaman tiga entitas ideologi yang ada dalam bangunan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI.
Penulis yakin dengan momentum ini di tengah arus globalisasi, krisis multi dimensi bangsa dan gencar-gencarnya perang ideologi abad 21, HMI harus mampu melakukan filterisasi sekaligus penetrasi terhadap bahaya-bahaya tersebut yang akan mengancam keutuhan dan persatuan NKRI. Tentunya melalui pemahaman yang sempurna terhadap piramida ideologi HMI yang berdasarkan semangat ke-Islaman dan ke-Indonesiaan akan melahirkan sinkronisasi antara idealitas dan realitas yang akan menggiring pada peradaban baru yang relevan dengan zamannya (think rightly, act rightly). Internalisasi, eksternalisasi dan objektifikasi nilai-nilai dasar perjuangan sebuah keharusan untuk dilakukan demi dinamisasi organisasi. Karena kebangkitan HMI adalah kebangkitan Indonesia, Selamat Ulang Tahun! Bahagia HMI! YAKIN USAHA SAMPAI!